Senin, 08 Juni 2015

Tugas Jurnal Skripsi


Komparasi Informasi Asimetrik sebelum dan sesudah Penerapan IFRS pada Emiten dan Investor di Indonesia
Caecilia Widi Pratiwi (widi@staff.gunadarma.ac.id)
Rita Desniwati (ritadesniwati@yahoo.com)

Abstrak
Penerapan IFRS memiliki peranan yang cukup penting bagi perusahaan perbankan yaitu dari bid-ask spread nya. Semakin bagus laporan keuangan di suatu perusahaan perbankan maka asimetri informasinya akan semakin kecil, karena infomasi yang dimiliki oleh perusahaan lebih dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan semakin tinggi nya asimetri informasi maka semakin buruk laporan keuangannya, karena informasi yang dimiliki oleh perusahaan tidak dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis terhadap 15 perusahaan perbankan melalui metode Bid-Ask Spread, dengan menggunakan Uji Paired Sample T-test dan tingkat signifikansi = 0,05 diketahui bahwa tidak terdapat perbedan yang signifikan dari bid-ask spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS.

Key words : IFRS, asimetri informasi, laporan keuangan, bid-ask spread
Daftar Pustaka (1997-2011)

Abstract
The application of IFRS has significance role for banking company, namely form its bid-ask spread. The better financial report in a banking company, the smaller its asymmetry information, because the information owned by company is more published to the sides involved and the higher asymmetry information, the worse its financial report, because the information owned by the company is not published to the sides involved.

After implementing hypotheses assessment toward fifteen banking companies through Bid-Ask Spread method using Paired sample T-test assessment and the significance degree = 0,05 known that there is no significant difference from the bid-ask spread before anda after the application of IFRS.

Key words : IFRS, asymmetry information, financial report, bid-ask spread
Daftar Pustaka (1997-2011)


A. Background

Globalisasi perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha di Indonesia. Dapat dilihat dari rata-rata laba yang diperoleh setiap tahunnya semakin meningkat, misalnya laba tahun 2008 pada bank umum sebesar Rp. 29.891 dan laba tahun 2009 sebesar Rp. 39.869 dan dapat dilihat dari nilai kapitalisasi pasar hingga akhir Juli 2012 meningkat sekitar 5,22 persen dibandingkan nilai kapitalisasi pasar pada Juli 2011 sebesar Rp3.772 triliun, ini menandakan peningkatan perkembangan yang dialami pada perusahaan perbankan.
Selain itu, globalisasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi dunia usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti stakehorder dan publik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Internasional Akuntansi Standar (IAS) yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan
lingkungan yang mempengaruhinya mutlak diperlukan. Standar alat yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparansi tersebut.
Di Indonesia, Bank Indonesia mendukung penuh upaya IAI untuk melakukan konvergensi standar akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS. Hal ini didasarkan pada beberapa manfaat yang didapat dari konvergensi IFRS, yaitu : meningkatkan kualitas standar laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan daya banding antar yuridiksi yang berlaku secara internasional, memenuhi komitmen Indonesia sebagai anggota IFAC (International Federation of Accountants) dan sebagai anggota G-20, berkontribusi terhadap stabilitas sistem keuangan. Tahun 2011 dapat dikatakan sebagai tahun yang cukup berat bagi dunia perbankan di Indonesia dalam menghadapi fraud. Sepanjang tahun 2011, berbagai kasus fraud telah mewarnai dunia perbankan Indonesia dengan nilai kerugian miliaran rupiah.
Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan akan meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan dananya atau menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan secara domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar, terutama dalam hal standar Akuntansinya. Diharapkan dengan adanya standar yang bagus, maka kualitas laporan keuangannya juga bagus. Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pentingnya standar pelaporan keuangan dalam sektor perbankan, maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai : Apakah ada komparasi informasi asimetrik sebelum dan sesudah penerapan IFRS pada emiten dan investor di Indonesia ?

B. Research Method

Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Standar Akuntansi Internasional (IFRS)
Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS ) disusun oleh empat organisasi utama dunia. Organisasi tersebut yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999).
Agensi Theori
Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi.

Asimetri Informasi
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Teori Bid-Ask Spread
Pengukuran tingkat asimetri informasi dapat dilakukan dengan menggunakan proksi bid-ask spreads. Istilah ask diasosiasikan dengan selling limit order, sedangkan bid diasosiasikan dengan buying limit order. Istilah bid-ask spreads diartikan dengan selisih harga beli tertinggi dari investor dengan harga jual yang diajukan oleh emiten atau penjual saham. Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1) pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan
pesanan (order processing); 3) informasi asimetri. Ketidakseimbangan informasi tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan informed trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam bid ask spread.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 hingga 2010. Total perusahaan perbankan yang listing di bursa adalah 39 perusahaan. Tetapi karena ada yang merger, dan data tidak lengkap, maka tinggal 15 perusahaan yang diteliti. Kperusahaan tersebut adalah :
Tabel 3.1
Data Perusahaan Perbankan No.
Nama Perusahaan
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2
Bank Central Asia Tbk
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
5
Bank Internasional Indonesia Tbk
6
Bank Kesawan Tbk
7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
8
Bank Mega Tbk
9
Bank Negara Indonesia Tbk
10
Bank Niaga Tbk
11
Bank NISP Tbk
12
Bank Pan Indonesia Tbk
13
Bank Pertama Tbk
14
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
15
Bank Victoria Internasional Tbk
Sumber : JSX, diolah

Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask spread sebelum penerapan IFRS (International Financial Reporting Standard) dan setelah IFRS. Periode sebelum IFRS adalah periode tahun 2003 – 2006, sedangkan periode setelah IFRS adalah 2007 – 2010. Data yang digunakan untuk menghitung spread adalah data bid – ask saham dari 2003 – 2010. Untuk menghitung spread, digunakan rumus sebagai berikut :

C. Result & Discussion

Data Bid–Ask Spread pada 15 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebelum dan setelah penerapan IFRS ( Internasiona Financial Reporting Standard ) sebagai berikut :
Tabel 4.1
Bid-Ask Spread sebelum perusahaan perbankan
Tahun 2003-2006 Per Tahun No
Nama Bank
TAHUN
ASK
BID
SPREAD
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2003
160
110
0.3704
2004
195
130
0.4000
2005
200
100
0.6667
2006
120
35
1.0968
2
Bank Central Asia Tbk
2003
4000
2075
0.6337
2004
4075
1750
0.7983
2005
3900
2725
0.3547
2006
5550
3350
0.4944
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
2003
2075
235
1.5931
2004
4450
2025
0.7490
2005
5900
3325
0.5583
2006
6800
3875
0.5480
4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
2003
115
60
0.6286
2004
190
75
0.8679
2005
180
45
1.2000
2006
80
45
0.5600
5
Bank Internasional Indonesia Tbk
2003
150
40
1.1579
2004
200
100
0.6667
2005
220
125
0.5507
2006
255
145
0.5500
6
Bank Kesawan Tbk
2003
800
170
1.2990
2004
245
170
0.3614
2005
400
175
0.7826
2006
460
295
0.4371
7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2003
1050
700
0.4000
2004
2000
975
0.6891
2005
2050
1100
0.6032
2006
2950
1500
0.6517
8
Bank Mega Tbk
2003
1150
900
0.2439
2004
1950
1075
0.5785
2005
2500
1150
0.7397
2006
2475
2000
0.2123
9
Bank Negara Indonesia Tbk
2003
1400
85
1.7710
2004
1775
1000
0.5586
Tabel 4.2
Bid-Ask Spread setelah IFRS perusahaan perbankan
Tahun 2007-2010 Per Tahun No
Nama Bank
TAHUN
ASK
BID
SPREAD
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2007
150
62
0.8302
2008
151
50
1.0050
2009
120
50
0.8235
2010
156
83
0.6109
2
Bank Central Asia Tbk
2007
7600
4600
0.4918
2008
7300
2000
1.1398
2009
5500
2275
0.8296
2010
7200
4425
0.4774
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
2007
9150
5200
0.5505
2008
8000
1780
1.2720

2009
5100
2075
0.8432

2010
7100
4275
0.4967

4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
2007
91
53
0.5278

2008
130
50
0.8889

2009
108
50
0.7342

2010
250
162
0.4272

5
Bank Internasional Indonesia Tbk
2007
320
146
0.7468

2008
520
260
0.6667

2009
490
275
0.5621

2010
1010
245
1.2191

6
Bank Kesawan Tbk
2007
520
425
0.2011

2008
690
480
0.3590

2009
770
570
0.2985

2010
1040
700
0.3908

7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2007
4050
2150
0.6129

2008
3550
1140
1.0277

2009
5300
1680
1.0372

2010
7250
4150
0.5439

8
Bank Mega Tbk
2007
4200
2000
0.7097

2008
3600
2400
0.4000

2009
3650
2000
0.5841

2010
3500
2000
0.5455

9
Bank Negara Indonesia Tbk
2007
2900
1640
0.5551

2008
1980
395
1.3347

2009
2150
640
1.0824

2010
5100
1730
0.9868

10
Bank Niaga Tbk
2007
1010
670
0.4048

2008
990
360
0.9333

2009
820
380
0.7333

2010
2650
700
1.1642

11
Bank NISP Tbk
2007
1000
800
0.2222

2008
950
700
0.3030

2009
1000
650
0.4242

2010
2425
790
1.0171

12
Bank Pan Indonesia Tbk
2007
810
500
0.4733

2008
1040
420
0.8493

2009
880
415
0.7181

2010
1280
760
0.5098

13
Bank Permata Tbk
2007
1000
890
0.1164

2008
940
450
0.7050

2009
1020
400
0.8732

2010
2025
740
0.9295

14
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2007
8700
4400
0.6565

2008
7800
2400
1.0588

2009
8700
3550
0.8408

2010
12800
6950
0.5924

15
Bank Victoria Internasional Tbk
2007
194
80
0.8321

2008
151
61
0.8491

2009
230
84
0.9299

2010
195
120
0.4762

 Sumber : Data JSX, diolah
Statistik deskriptif untuk menjelaskan gambaran data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nilai rata-rata (mean), deviasi standar maupun nilai maksimum dan nilai minimum.
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
SEBELUM IFRS
60
.2123
1.9098
.715469
.3694122
SETELAH IFRS
60
.1164
1.3347
.707089
.2819760
Valid N (listwise)
60
Sumber : Data Diolah spss 17
Perbandingan rata-rata antara spread sebelum dan setelah penerapan IFRS terlihat cukup jelas, yaitu dari 0.7154 menjadi 0.7071. Adanya penurunan spread ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan informasi asimetri setelah penerapan IFRS. Hal ini sesuai dengan penelitian marjan Petreski (2005), Mary Bart (2007) yang mengatakan bahwa dengan adopsi standar internasional, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, dan manajemen laba semakin kecil. Dengan adanya standard auntansi internasional yang lebih transparan, maka asimetri informasi yang ada menjadi lebih kecil.

Pengujian Hipotesis Bid-Ask Spread Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Uji paired t-Test adalah uji t dimana sample saling berhubungan antara satu sample dengan sample yang lain. Tujuan dari pengujian ini adlah untuk menguji perbedaan rata-rata antara sample-sample yang berpasangan. Dimana jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka Ho diterima dan jika nilai signifikan kurang dari 0,05 maka Ha ditolak. Pengujian ini untuk mengetahui Bid-Ask Spread sebelum dan sesudah penerapan IFRS. Apakah memiliki perbedaan sebelum dan setelah diadakannya penerapan IFRS ( Internasional Financial Reporting Standard ) yang dilakukan oleh pemerintah. Hasil pengujian bisa dilihat di bawah ini :


Tabel 4.4
Uji T Bid-Ask Spread Paired Samples Test
Paired Differences
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
Upper
Pair 1
SEBELUM IFRS - SETELAH IFRS
.0083800
.4810055
.0620975
-.1158769
.1326369
.135
59
.893
Sumber : Data Diolah spss 17
Dari hasil analisis t-test menggunakan paired sample T-test, hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS pada emiten dan investor
Ha : Terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS pada emiten dan investor

Berdasarkan table 4.4 nilai signifikansi rata-rata bid-ask spread sebelum dan setelah penerapan IFRS sebesar 0.893. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifansi lebih besar dari 0.05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap bid-ask spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS. Hasil di atas sesuai dengan penelitian Christian Leuz (2003, 472), yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal asimetri informasi untuk perusahaan yang menggunakan IAS dan US GAAP di Pasar modal jerman. Untuk pasar modal Indonesia, meskipun tidak signifikan, tetapi secara rata-rata, terdapat penurunan asimetri informasi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi data yang tinggi pada tahun 2008, yang diakibatkan oleh adanya krisis moneter dan krisis bursa dunia.
D. Conclusion and Suggestion

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, untuk bursa Efek Indonesia, tidak terdapat perbedaan informasi asimetrik yang diproksikan oleh bid-ask sebelum dan sesudah penerapan ifrs yang signifikan pada emiten dan investor di Indonesia.
Suggestion
Agar generalisasi lebih bagus, sebaiknya dipergunakan data semua sector perusahaan yang listing di Bursa, sehingga bisa dilihat pengaruh penerapan IFRS terhadap masing-masing sector industry di bursa Efek.




Daftar Pustaka
Arief Ujiyantho. . Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. http//www.google.co.id
Clarke, Jonathan, Shastri, Kuldeep, 2001, On Information Asymmetry Metrics, Working Paper, the 2001 Eastern Finance Association Conference
Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ – 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Haniati dan Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2008, Sejarah Standar Akuntansi Keuangan, available at http://www.iaiglobal.or.id, diunduh tanggal 20 November 2011.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Irfan, Ali. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Kusuma, Hadri. 2005. Efek Informasi Asimetri terhadap Kebijakan Dividen.
Leuz, Christian. 2003. "IAS Versus U.S. GAAP : Information Asymmetry - Based Evidence from Germany's New market". Journal of Accounting Research Vol 41 No 3 June 2003. 445-472.
Nasution, Marihot., dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Rahmawati., Suparno, Yacob., dan Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Prihadi, Toto. 2012. Laporan Keuangan sesuai IFRS & PSAK. Jakarta: Ppm Manajemen.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: Mediakom.
Raja. 2012. Akuntansi Keuangan versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence. http /www.ssrn.com.
Rini., Wahiddatul. 2010. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi Asimetri. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Unyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar