Komparasi Informasi Asimetrik sebelum dan sesudah
Penerapan IFRS pada Emiten dan Investor di Indonesia
Caecilia Widi Pratiwi (widi@staff.gunadarma.ac.id)
Abstrak
Penerapan IFRS memiliki peranan yang cukup penting
bagi perusahaan perbankan yaitu dari bid-ask spread nya. Semakin bagus
laporan keuangan di suatu perusahaan perbankan maka asimetri informasinya akan
semakin kecil, karena infomasi yang dimiliki oleh perusahaan lebih
dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan semakin tinggi nya
asimetri informasi maka semakin buruk laporan keuangannya, karena informasi
yang dimiliki oleh perusahaan tidak dipublikasikan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis terhadap 15
perusahaan perbankan melalui metode Bid-Ask Spread, dengan menggunakan
Uji Paired Sample T-test dan tingkat signifikansi = 0,05 diketahui bahwa tidak
terdapat perbedan yang signifikan dari bid-ask spread sebelum penerapan
IFRS dan setelah penerapan IFRS.
Key
words : IFRS, asimetri informasi, laporan keuangan, bid-ask spread
Daftar
Pustaka (1997-2011)
Abstract
The application of IFRS has
significance role for banking company, namely form its bid-ask spread. The
better financial report in a banking company, the smaller its asymmetry
information, because the information owned by company is more published to the
sides involved and the higher asymmetry information, the worse its financial
report, because the information owned by the company is not published to the
sides involved.
After implementing
hypotheses assessment toward fifteen banking companies through Bid-Ask Spread
method using Paired sample T-test assessment and the significance degree = 0,05
known that there is no significant difference from the bid-ask spread before
anda after the application of IFRS.
Key words : IFRS, asymmetry
information, financial report, bid-ask spread
Daftar Pustaka (1997-2011)
A. Background
Globalisasi
perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha di
Indonesia. Dapat dilihat dari rata-rata laba yang diperoleh setiap tahunnya
semakin meningkat, misalnya laba tahun 2008 pada bank umum sebesar Rp. 29.891
dan laba tahun 2009 sebesar Rp. 39.869 dan dapat dilihat dari nilai
kapitalisasi pasar hingga akhir Juli 2012 meningkat sekitar 5,22 persen
dibandingkan nilai kapitalisasi pasar pada Juli 2011 sebesar Rp3.772 triliun,
ini menandakan peningkatan perkembangan yang dialami pada perusahaan perbankan.
Selain
itu, globalisasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi dunia
usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti stakehorder dan publik.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Internasional Akuntansi Standar (IAS) yang mutakhir dan sesuai dengan
perkembangan
lingkungan
yang mempengaruhinya mutlak diperlukan. Standar alat yang berkualitas merupakan
salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparansi tersebut.
Di
Indonesia, Bank Indonesia mendukung penuh upaya IAI untuk melakukan konvergensi
standar akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS. Hal ini didasarkan pada beberapa
manfaat yang didapat dari konvergensi IFRS, yaitu : meningkatkan kualitas
standar laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan daya banding antar
yuridiksi yang berlaku secara internasional, memenuhi komitmen Indonesia
sebagai anggota IFAC (International Federation of Accountants) dan sebagai
anggota G-20, berkontribusi terhadap stabilitas sistem keuangan. Tahun 2011
dapat dikatakan sebagai tahun yang cukup berat bagi dunia perbankan di
Indonesia dalam menghadapi fraud. Sepanjang tahun 2011, berbagai kasus fraud
telah mewarnai dunia perbankan Indonesia dengan nilai kerugian miliaran rupiah.
Bank
merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang
diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang
ditimbulkan akan meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan
dananya atau menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak
ikutan secara domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank
dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar, terutama
dalam hal standar Akuntansinya. Diharapkan dengan adanya standar yang bagus,
maka kualitas laporan keuangannya juga bagus. Berdasarkan latar belakang diatas
dan mengingat pentingnya standar pelaporan keuangan dalam sektor perbankan,
maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai : Apakah ada komparasi
informasi asimetrik sebelum dan sesudah penerapan IFRS pada emiten dan investor
di Indonesia ?
B. Research Method
Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia
Adanya perubahan lingkungan
global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas
tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang
semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi
keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk
mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan
sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan
kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar
akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa
sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang
terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar
akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Standar Akuntansi
Internasional (IFRS)
Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards/IAS ) disusun oleh empat organisasi
utama dunia. Organisasi tersebut yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB),
Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan
Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional
(IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional
(AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi.
Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar
akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999).
Agensi Theori
Masalah agensi telah menarik
perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan
(Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder
dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka.
Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang
lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi
kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer sebagai pengelola
perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu
sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak
simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri
informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi
dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara manajemen (agent)
dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk
bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi.
Asimetri Informasi
Manajer sebagai pengelola
perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di
masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu
sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Situasi ini akan
memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information
asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan
informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper)
dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai
pengguna informasi (user).
Menurut
Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection,
yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui
lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak
luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil
oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang
saham.
2. Moral hazard, yaitu
bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui
oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan
tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Adanya asimetri informasi
memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk
saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Teori Bid-Ask Spread
Pengukuran tingkat asimetri
informasi dapat dilakukan dengan menggunakan proksi bid-ask spreads. Istilah
ask diasosiasikan dengan selling limit order, sedangkan bid diasosiasikan
dengan buying limit order. Istilah bid-ask spreads diartikan
dengan selisih harga beli tertinggi dari investor dengan harga jual yang
diajukan oleh emiten atau penjual saham. Bid-ask spread merupakan
selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader.
Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask spread merupakan
fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1) pemilikan saham (inventory
holding); 2) pemrosesan
pesanan
(order processing); 3) informasi asimetri. Ketidakseimbangan informasi
tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral
hazard dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak
bertransaksi, maka uninformed trader menghadapi risiko rugi jika
bertransaksi dengan informed trader. Upaya mengurangi risiko rugi
tersebut tercermin dalam bid ask spread.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah
laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2003 hingga 2010. Total perusahaan perbankan yang listing di bursa
adalah 39 perusahaan. Tetapi karena ada yang merger, dan data tidak lengkap,
maka tinggal 15 perusahaan yang diteliti. Kperusahaan tersebut adalah :
Tabel 3.1
Data Perusahaan Perbankan
No.
|
Nama Perusahaan
|
1
|
Bank Bumi Putera Indonesia
Tbk
|
2
|
Bank Central Asia Tbk
|
3
|
Bank Danamon Indonesia Tbk
|
4
|
Bank Eksekutif Internasional
Tbk
|
5
|
Bank Internasional Indonesia
Tbk
|
6
|
Bank Kesawan Tbk
|
7
|
Bank Mandiri (Persero) Tbk
|
8
|
Bank Mega Tbk
|
9
|
Bank Negara Indonesia Tbk
|
10
|
Bank Niaga Tbk
|
11
|
Bank NISP Tbk
|
12
|
Bank Pan Indonesia Tbk
|
13
|
Bank Pertama Tbk
|
14
|
Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
|
15
|
Bank Victoria Internasional
Tbk
|
Sumber : JSX, diolah
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang
digunakan adalah variabel asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask
spread sebelum penerapan IFRS (International Financial Reporting
Standard) dan setelah IFRS. Periode sebelum IFRS adalah periode tahun 2003
– 2006, sedangkan periode setelah IFRS adalah 2007 – 2010. Data yang digunakan
untuk menghitung spread adalah data bid – ask saham dari 2003 – 2010. Untuk
menghitung spread, digunakan rumus sebagai berikut :
C. Result & Discussion
Data Bid–Ask Spread pada
15 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebelum dan setelah penerapan
IFRS ( Internasiona Financial Reporting Standard ) sebagai berikut :
Tabel 4.1
Bid-Ask Spread sebelum perusahaan perbankan
Tahun 2003-2006 Per Tahun
No
|
Nama Bank
|
TAHUN
|
ASK
|
BID
|
SPREAD
|
1
|
Bank Bumi Putera Indonesia
Tbk
|
2003
|
160
|
110
|
0.3704
|
2004
|
195
|
130
|
0.4000
|
2005
|
200
|
100
|
0.6667
|
2006
|
120
|
35
|
1.0968
|
2
|
Bank Central Asia Tbk
|
2003
|
4000
|
2075
|
0.6337
|
2004
|
4075
|
1750
|
0.7983
|
2005
|
3900
|
2725
|
0.3547
|
2006
|
5550
|
3350
|
0.4944
|
3
|
Bank Danamon Indonesia Tbk
|
2003
|
2075
|
235
|
1.5931
|
2004
|
4450
|
2025
|
0.7490
|
2005
|
5900
|
3325
|
0.5583
|
2006
|
6800
|
3875
|
0.5480
|
4
|
Bank Eksekutif Internasional
Tbk
|
2003
|
115
|
60
|
0.6286
|
2004
|
190
|
75
|
0.8679
|
2005
|
180
|
45
|
1.2000
|
2006
|
80
|
45
|
0.5600
|
5
|
Bank Internasional Indonesia
Tbk
|
2003
|
150
|
40
|
1.1579
|
2004
|
200
|
100
|
0.6667
|
2005
|
220
|
125
|
0.5507
|
2006
|
255
|
145
|
0.5500
|
6
|
Bank Kesawan Tbk
|
2003
|
800
|
170
|
1.2990
|
2004
|
245
|
170
|
0.3614
|
2005
|
400
|
175
|
0.7826
|
2006
|
460
|
295
|
0.4371
|
7
|
Bank Mandiri (Persero) Tbk
|
2003
|
1050
|
700
|
0.4000
|
2004
|
2000
|
975
|
0.6891
|
2005
|
2050
|
1100
|
0.6032
|
2006
|
2950
|
1500
|
0.6517
|
8
|
Bank Mega Tbk
|
2003
|
1150
|
900
|
0.2439
|
2004
|
1950
|
1075
|
0.5785
|
2005
|
2500
|
1150
|
0.7397
|
2006
|
2475
|
2000
|
0.2123
|
9
|
Bank Negara Indonesia Tbk
|
2003
|
1400
|
85
|
1.7710
|
2004
|
1775
|
1000
|
0.5586
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 4.2
Bid-Ask Spread setelah IFRS perusahaan perbankan
Tahun 2007-2010 Per Tahun
No
|
Nama Bank
|
TAHUN
|
ASK
|
BID
|
SPREAD
|
1
|
Bank Bumi Putera Indonesia
Tbk
|
2007
|
150
|
62
|
0.8302
|
2008
|
151
|
50
|
1.0050
|
2009
|
120
|
50
|
0.8235
|
2010
|
156
|
83
|
0.6109
|
2
|
Bank Central Asia Tbk
|
2007
|
7600
|
4600
|
0.4918
|
2008
|
7300
|
2000
|
1.1398
|
2009
|
5500
|
2275
|
0.8296
|
2010
|
7200
|
4425
|
0.4774
|
3
|
Bank Danamon Indonesia Tbk
|
2007
|
9150
|
5200
|
0.5505
|
2008
|
8000
|
1780
|
1.2720
|
|
2009
|
5100
|
2075
|
0.8432
|
|
2010
|
7100
|
4275
|
0.4967
|
|
4
|
Bank Eksekutif Internasional
Tbk
|
2007
|
91
|
53
|
0.5278
|
|
2008
|
130
|
50
|
0.8889
|
|
2009
|
108
|
50
|
0.7342
|
|
2010
|
250
|
162
|
0.4272
|
|
5
|
Bank Internasional Indonesia
Tbk
|
2007
|
320
|
146
|
0.7468
|
|
2008
|
520
|
260
|
0.6667
|
|
2009
|
490
|
275
|
0.5621
|
|
2010
|
1010
|
245
|
1.2191
|
|
6
|
Bank Kesawan Tbk
|
2007
|
520
|
425
|
0.2011
|
|
2008
|
690
|
480
|
0.3590
|
|
2009
|
770
|
570
|
0.2985
|
|
2010
|
1040
|
700
|
0.3908
|
|
7
|
Bank Mandiri (Persero) Tbk
|
2007
|
4050
|
2150
|
0.6129
|
|
2008
|
3550
|
1140
|
1.0277
|
|
2009
|
5300
|
1680
|
1.0372
|
|
2010
|
7250
|
4150
|
0.5439
|
|
8
|
Bank Mega Tbk
|
2007
|
4200
|
2000
|
0.7097
|
|
2008
|
3600
|
2400
|
0.4000
|
|
2009
|
3650
|
2000
|
0.5841
|
|
2010
|
3500
|
2000
|
0.5455
|
|
9
|
Bank Negara Indonesia Tbk
|
2007
|
2900
|
1640
|
0.5551
|
|
2008
|
1980
|
395
|
1.3347
|
|
2009
|
2150
|
640
|
1.0824
|
|
2010
|
5100
|
1730
|
0.9868
|
|
10
|
Bank Niaga Tbk
|
2007
|
1010
|
670
|
0.4048
|
|
2008
|
990
|
360
|
0.9333
|
|
2009
|
820
|
380
|
0.7333
|
|
2010
|
2650
|
700
|
1.1642
|
|
11
|
Bank NISP Tbk
|
2007
|
1000
|
800
|
0.2222
|
|
2008
|
950
|
700
|
0.3030
|
|
2009
|
1000
|
650
|
0.4242
|
|
2010
|
2425
|
790
|
1.0171
|
|
12
|
Bank Pan Indonesia Tbk
|
2007
|
810
|
500
|
0.4733
|
|
2008
|
1040
|
420
|
0.8493
|
|
2009
|
880
|
415
|
0.7181
|
|
2010
|
1280
|
760
|
0.5098
|
|
13
|
Bank Permata Tbk
|
2007
|
1000
|
890
|
0.1164
|
|
2008
|
940
|
450
|
0.7050
|
|
2009
|
1020
|
400
|
0.8732
|
|
2010
|
2025
|
740
|
0.9295
|
|
14
|
Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
|
2007
|
8700
|
4400
|
0.6565
|
|
2008
|
7800
|
2400
|
1.0588
|
|
2009
|
8700
|
3550
|
0.8408
|
|
2010
|
12800
|
6950
|
0.5924
|
|
15
|
Bank Victoria Internasional
Tbk
|
2007
|
194
|
80
|
0.8321
|
|
2008
|
151
|
61
|
0.8491
|
|
2009
|
230
|
84
|
0.9299
|
|
2010
|
195
|
120
|
0.4762
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data JSX, diolah
Statistik deskriptif untuk
menjelaskan gambaran data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nilai
rata-rata (mean), deviasi standar maupun nilai maksimum dan nilai
minimum.
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif
Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS Descriptive Statistics
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
SEBELUM IFRS
|
60
|
.2123
|
1.9098
|
.715469
|
.3694122
|
SETELAH IFRS
|
60
|
.1164
|
1.3347
|
.707089
|
.2819760
|
Valid N (listwise)
|
60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Diolah spss 17
Perbandingan rata-rata antara spread
sebelum dan setelah penerapan IFRS terlihat cukup jelas, yaitu dari 0.7154
menjadi 0.7071. Adanya penurunan spread ini mengindikasikan bahwa terjadi
penurunan informasi asimetri setelah penerapan IFRS. Hal ini sesuai dengan
penelitian marjan Petreski (2005), Mary Bart (2007) yang mengatakan bahwa
dengan adopsi standar internasional, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki
tingkat kredibilitas yang tinggi, dan manajemen laba semakin kecil. Dengan
adanya standard auntansi internasional yang lebih transparan, maka asimetri
informasi yang ada menjadi lebih kecil.
Pengujian Hipotesis Bid-Ask
Spread Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS
Uji paired
t-Test adalah uji t dimana sample saling berhubungan antara satu sample dengan
sample yang lain. Tujuan dari pengujian ini adlah untuk menguji perbedaan
rata-rata antara sample-sample yang berpasangan. Dimana jika nilai signifikan
lebih dari 0,05 maka Ho diterima dan jika nilai signifikan kurang dari 0,05
maka Ha ditolak. Pengujian ini untuk mengetahui Bid-Ask Spread sebelum
dan sesudah penerapan IFRS. Apakah memiliki perbedaan sebelum dan setelah
diadakannya penerapan IFRS ( Internasional Financial Reporting Standard )
yang dilakukan oleh pemerintah. Hasil pengujian bisa dilihat di bawah ini :
Tabel 4.4
Uji T Bid-Ask
Spread Paired Samples Test
|
Paired Differences
|
t
|
df
|
Sig. (2-tailed)
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Std. Error Mean
|
95% Confidence Interval of
the Difference
|
Lower
|
Upper
|
Pair 1
|
SEBELUM IFRS - SETELAH IFRS
|
.0083800
|
.4810055
|
.0620975
|
-.1158769
|
.1326369
|
.135
|
59
|
.893
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Diolah spss 17
Dari hasil analisis t-test menggunakan
paired sample T-test, hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :
H0
: Tidak terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan
setelah penerapan IFRS pada emiten dan investor
Ha : Terdapat perbedaan Bid-Ask
Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS pada emiten dan
investor
Berdasarkan table 4.4 nilai
signifikansi rata-rata bid-ask spread sebelum dan setelah penerapan IFRS
sebesar 0.893. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifansi lebih besar dari 0.05
yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap bid-ask spread sebelum penerapan IFRS
dan setelah penerapan IFRS. Hasil di atas sesuai dengan penelitian Christian
Leuz (2003, 472), yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hal asimetri informasi untuk perusahaan yang menggunakan IAS dan US GAAP
di Pasar modal jerman. Untuk pasar modal Indonesia, meskipun tidak signifikan,
tetapi secara rata-rata, terdapat penurunan asimetri informasi di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi data yang tinggi pada tahun
2008, yang diakibatkan oleh adanya krisis moneter dan krisis bursa dunia.
D. Conclusion and Suggestion
Kesimpulan yang bisa diambil
adalah, untuk bursa Efek Indonesia, tidak terdapat perbedaan informasi
asimetrik yang diproksikan oleh bid-ask sebelum dan sesudah penerapan
ifrs yang signifikan pada emiten dan investor di Indonesia.
Suggestion
Agar
generalisasi lebih bagus, sebaiknya dipergunakan data semua sector perusahaan
yang listing di Bursa, sehingga bisa dilihat pengaruh penerapan IFRS terhadap
masing-masing sector industry di bursa Efek.
Daftar Pustaka
Arief Ujiyantho. . Asimetri
Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. http//www.google.co.id
Clarke, Jonathan, Shastri,
Kuldeep, 2001, On Information Asymmetry Metrics, Working Paper, the 2001
Eastern Finance Association Conference
Halim, J, Meiden, C dan Tobing.
2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat
Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ – 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Haniati dan Fitriany. 2010. Pengaruh
Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model
Pengukuran Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2008,
Sejarah Standar Akuntansi Keuangan, available at http://www.iaiglobal.or.id,
diunduh tanggal 20 November 2011.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011.
Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Irfan, Ali. 2002. Pelaporan
Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi
Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Kusuma, Hadri. 2005. Efek
Informasi Asimetri terhadap Kebijakan Dividen.
Leuz, Christian. 2003.
"IAS Versus U.S. GAAP : Information Asymmetry - Based Evidence from
Germany's New market". Journal of Accounting Research Vol 41 No 3 June
2003. 445-472.
Nasution, Marihot., dan
Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba
Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Rahmawati., Suparno, Yacob.,
dan Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Prihadi, Toto. 2012. Laporan
Keuangan sesuai IFRS & PSAK. Jakarta: Ppm Manajemen.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri
Belajar SPSS. Jakarta: Mediakom.
Raja. 2012. Akuntansi
Keuangan versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Richardson, V. J. 1998. Information
Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence. http /www.ssrn.com.
Rini., Wahiddatul. 2010. Pengaruh
Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi Asimetri. Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Unyanto,
Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta